Kamis, 05 Agustus 2010

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa


Terpujilah wahai engkau bapak ibu guru..
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku.
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku.
Sebagai prasasti terima kasihku ‘tuk pengabdianmu  . . .

Hmm, kalau denger lagu di atas, jadi keinget sama sosok orang yang kita temui setiap harinya .
 Sosok orang yang tak henti membagi ilmunya pada kitaaa...
Orang-orang menyebutnya sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa .
Tapi emang kok !
Guru adalah pahlawan yang ga butuh pangkat bintang lima untuk mengenang jasanya yang luar biasaaaaa .
Nah, salah satu pahlawan tanpa tanda jasa yang sangat berarti buat sepuluh tujuh adalah IBU ELI ASMARAWATI !

Perempuan yang lahir pada tanggal 23 Maret ini adalah wali kelasnya Sepuluh Tujuh lho..
Oh ya, Ibu guru yang sangat friendly ini tahu betul selera anak muda. Meski sudah berumur, Ibu Eli ga pernah sungkan untuk meng-up date informasi lewat jejaring sosial seperti aktifitas anak ABeGe lainnya.
Mau tahu kenapa alesannya ? ?
Menurut beliau, untuk memahami karakter anak muda yang diajarkannya, beliau harus berusaha mengerti dunia mereka.
Oh ya, beliau titip pesan untuk seluruh siswa untuk tetap belajar dan mengerjakan pe er.
 Karena, senjatanya anak zaman sekarang itu bukan bambu runcing lagi, tapi buku dan pena (laptop juga sii).
Ayo kawan, tunjukkan baktimu pada Negeri ini !
Chaiiio generasi muda !

Terpujilah wahai engkau bapak ibu guru..
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku.
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku.
Sebagai prasasti terima kasihku ‘tuk pengabdianmu  . . .

Hmm, kalau denger lagu di atas, jadi keinget sama sosok orang yang kita temui setiap harinya .
 Sosok orang yang tak henti membagi ilmunya pada kitaaa...
Orang-orang menyebutnya sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa .
Tapi emang kok !
Guru adalah pahlawan yang ga butuh pangkat bintang lima untuk mengenang jasanya yang luar biasaaaaa .
Nah, salah satu pahlawan tanpa tanda jasa yang sangat berarti buat sepuluh tujuh adalah IBU ELI ASMARAWATI !

Perempuan yang lahir pada tanggal 23 Maret ini adalah wali kelasnya Sepuluh Tujuh lho..
Oh ya, Ibu guru yang sangat friendly ini tahu betul selera anak muda. Meski sudah berumur, Ibu Eli ga pernah sungkan untuk meng-up date informasi lewat jejaring sosial seperti aktifitas anak ABeGe lainnya.
Mau tahu kenapa alesannya ? ?
Menurut beliau, untuk memahami karakter anak muda yang diajarkannya, beliau harus berusaha mengerti dunia mereka.
Oh ya, beliau titip pesan untuk seluruh siswa untuk tetap belajar dan mengerjakan pe er.
 Karena, senjatanya anak zaman sekarang itu bukan bambu runcing lagi, tapi buku dan pena (laptop juga sii).
Ayo kawan, tunjukkan baktimu pada Negeri ini !
Chaiiio generasi muda !

Smada Lamongan Blogcomp 2010


Kawan, sepuluh tujuh mau ikut lomba nih !
Lombanya ga sulit tapi dituntut kreatifitas supertinggi.
Jadi gini, sie9 SMADALA ngadain Blog Competition yang wajibb diikuti perwakilan setiap kelas. Karena waktunya yang Agustusan gini, makanya temanya juga tentang HUT Kemerdekaan RI yang ke 65.
Rada’ ciut juga sih, lawan anak kelas sebelas dan duabelas yang pasti lebih jago IT. Tapi kita ga mau nyerah kog !
Sebagaisalah satu bagian dari Bangsa Indonesia, kita warga sepuluh tujuh excited banget sama Lomba ini so kita udah berusaha se-maksimal mungkin.
Tapi ini Kompetisi guys !
Jelas ada yang menang dan ada yang kalah.
Kalau menang yaa Alhamdulillah, kalau belum beruntung ya disyukuri aja, berarti emang belum rejekinya sepuluh tujuh, pokoknyaa semua perbuatan kita haruss diniati ibadah. :)
 Tapi tetep doakan yang terbaik yaaa buat kitaa. . .

Logo Smada Lamongan Blogcomp 2010 yang WAJIB dimuat:


Pahlawan Bersenjatakan Kamera

 Fotografi memang bukan hanya menjadi saksi sejarah, tapi juga menjadi bukti sejarah hidup manusia dan peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Dengan keberadaan foto, banyak orang bisa diingatkan dan disadarkan tentang suatu hal. Frans Soemarto Mendoer sangat memahami hal tersebut. Karena itulah, setelah mendapat kabar dari seorang sumber di harian Jepang Asia Raya bahwa akan ada kejadian penting di rumah kediaman Soekarno, Frans langsung bergerak menuju rumah bernomor 56 di Jalan Pegangsaan Timur itu sambil membawa kamera Leica-nya. Dan benar, pagi itu, Jumat, 17 Agustus 1945, sebuah peristiwa penting berlangsung di sana: pembacaan teks proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia oleh Soekarno.

Saat itu Frans hanya memiliki sisa tiga lembar plat film. Jadi dari peristiwa bersejarah itu, ia hanya bisa mengabadikan tiga adegan. Yang pertama, adegan Soekarno membacakan teks proklamasi. Yang kedua, adegan pengibaran bendera Merah Putih yang dilakukan oleh Latief Hendraningrat, salah seorang anggota PETA. Dan yang ketiga, suasana ramainya para pemuda yang turut menyaksikan pengibaran bendera. Setelah menyelesaikan tugas jurnalisnya itu, Frans langsung bergegas meninggalkan rumah kediaman Soekarno karena menyadari bahwa tentara Jepang tengah memburunya.

Frans menjadi satu-satunya orang yang mengabadikan momen sakral itu karena Alex Alexius Impurung Mendoer, kakak kandungnya yang juga sempat memotret prosesi bersejarah tersebut, harus merelakan kameranya dirampas oleh tentara Jepang.
Dan sewaktu tentara Jepang menemui Frans untuk meminta negatif foto Soekarno yang sedang membacakan teks proklamasi, Frans mengaku film negatif itu sudah diambil oleh Barisan Pelopor. Padahal negatif foto peristiwa yang sangat penting itu ia sembunyikan dengan cara menguburnya di tanah, dekat sebuah pohon di halaman belakang kantor harian Asia Raya. Kalau saja saat itu negatif film tersebut dirampas tentara Jepang, maka mungkin generasi sekarang dan generasi yang akan datang tidak akan tahu seperti apa peristiwa sakral tersebut.

Bahkan, mengenai kehadiran Frans di rumah Soekarno pada waktu itu, wartawan senior Alwi Shahab menulis “Andaikata tidak ada Frans Mendoer, maka kita tidak akan punya satu foto dokumentasi pun dari peristiwa proklamasi kemerdekaan…” Tulisan itu dimuat di harian Republika edisi Minggu, 14 Agustus 2005, tiga hari menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-60.

Pencucian tiga buah foto bersejarah itu juga tidaklah mudah karena dihalang-halangi pihak Jepang. Frans bersama Alex terpaksa secara diam-diam harus mengendap, memanjat pohon pada malam hari, dan melompati pagar di samping kantor Domei (sekarang kantor berita ANTARA) untuk bisa sampai ke sebuah lab foto guna mencetak foto-foto tersebut. Padahal, bila dua bersaudara itu tertangkap oleh tentara Jepang, mereka akan dipenjara, bahkan dihukum mati.

Foto pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu pertama kali dimuat di harian Merdeka pada tanggal 20 Februari 1946, lebih dari setengah tahun setelah pembuatannya. Film negatif catatan visual itu sekarang sudah tak dapat ditemukan lagi. Ada dugaan bahwa negatif film itu ikut hancur bersama semua dokumentasi milik kantor berita Antara yang dibakar pada peristiwa di tahun 1965. Waktu itu, sepasukan tentara mengambil seluruh koleksi negatif film dan hasil cetak foto yang dimiliki Antara lalu membakarnya.

Mendirikan IPPHOS

Frans Soemarto Mendoer lahir pada tahun 1913. Keluarga Mendoer merupakan putra daerah Kawangkoan, Manado, Sulawesi Selatan. Frans belajar cara memotret kepada kakak kandungnya sendiri, Alex, yang kala itu menjadi wartawan foto Java Bode, koran berbahasa Belanda yang berkedudukan di Jakarta. Lambat laun, karena menyukai dunia fotografi, Frans menjadi wartawan foto pada tahun 1935.

Frans dan Alex adalah dua fotografer bersaudara yang menggagas pembentukan Indonesia Press Photo Service, atau yang kemudian disingkat IPPHOS.
Salah satu foto kehidupan Soekarno sehari-hari yang sempat didokumentasikan oleh Frans yakni foto saat Presiden pertama Indonesia itu tengah menyaksikan para sopir kepresidenan mereparasi mobil. Ada juga foto momen-momen penting saat Soekarno mengumumkan kabinet pertamanya di bulan September 1945. Frans juga sempat memotret mimik muka mantan Perdana Menteri Amir Syarifuddin yang tengah larut dalam perasaan emosional saat membaca buku tragedi Romeo and Juliet karya Shakespeare di atas gerbong yang membawanya ke hadapan regu tembak.

Bahkan, pada masa-masa revolusi fisik dulu, Frans juga banyak mengabadikan suasana Kota Jakarta, misalnya foto tulisan “Merdeka atau Mati”atau “Freedom or Death” yang banyak terdapat di tembok-tembok bangunan kala itu.

Frans dan rekan-rekannya di IPPHOS sengaja menampilkan foto manusia-manusia Indonesia yang tidak lagi hanya menjadi “piguran”, tapi menjadi sosok utama yang menjadi pusat perhatian. Bidikan kamera-kamera mereka telah mampu menyajikan wajah bangsa Indonesia pada kurun 1945-1949 dalam nuansa yang lain, yakni nuansa pergerakan.

Frans meninggal dunia pada 24 April 1971 di Rumah Sakit Sumber Waras Jakarta. Dalam berita yang dimuat harian Pedoman tertulis bahwa tidak banyak wartawan yang mengantar jenazah Frans Soemarto Mendoer ke makamnya. Bahkan, sunggulah menyedihkan, meskipun jasanya bagi bangsa ini sangat besar, Frans dianggap tidak memenuhi syarat untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Foto hasil jepretan Frans Mendoer

 Pengibaran Bendera Merah Putih


Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Sangsaka Merah Putih

Kawan, perjuangan tidaklah harus membawa bamboo runcing dan menghadapi penjajah secara langsung. Bapak Frans ini contohnya. Ia berjuang dengan kameranya untuk merekam detik-detik bersejarah Bangsa kita.
Bayangkan, apa yang terjadi jika beliau tidak menyembunyikan negative film itu ?
Generasi sekarang dan selanjutnya tidak akan pernah tau seperti apa gambaran detik-deik Kemerdekaan Bangsa Indonesia.


Jadilah pahlawan sejati seperti beliau kawan, yaitu pahlawan yang rela berjuang demi bangsanya meski tak seorang pun mengingatnya....

Lomba Unik Memperingati Hari Kemerdekaan

Tujuh belas Agustus tahun empat lima., itulah hari kemerdekaan kita..
Hari Merdeka Nusa dan Bangsa.,
Hari Lahirnya Bangsa Indonesiaa, Merdekaaaa .. .


Wuihh wuihh, ga terasa bentar lagi udah mau agustusan !
hmm, kalian pasti tau dong, apa yang paling ditunggu orang se-Indonesia kalau lagi agustusan gini. . .
Yups !
Lomba-lomba unik di lapangan kampung !
Jangan salah, ga cuma anak kecil yang bisa ikutan Lomba Kampoeng loh. Bocah ABeGe macam kita ini masih boleh kok ikutan kaya’ Lomba gitu !
Mau tau, Lomba apa aja ? ?
Ehemm, dan berdasarkan voting siswa sepuluh tujuh yang kece-kece, ini nih daftar lomba-lomba unik tujuh belas agustus yang uniik dan ga boleh dilewatin .

• Lomba Makan Kerupuk
Lomba ini dipilih jadi lomba paling ga boleh dilewatin pas agustusan tiba. Alesannya, lomba ini tuh paling murah, paling gampang, dan yang pasti, paling bikin perut kenyang .


Tampang bocah-bocah yang lagi semangat ngabisin kerupuk.
Kraukk, kraukk…

·         Lomba Kepruk Kendil
Mungkin di daerah lain punya nama yang berbeda buat ngartiin Lomba Kepruk Kendil ini. Tapi yang pasti, Lomba yang satu ini juga ga boleh kalian lewatin. Cara mainnya yang seru dan butuh insting yang tinggi dipilih siswa sepuluh tujuh jadi lomba kedua yang ga boleh kalian lewatin.
Mau tau gimana cara mainnya ?
Guampang !
Tinggal pukul kantong plastik isi aer segayung yang udah digantungin kaya’ maen krupuk di lomba makan krupuk di atas. Eittss, tapi matanya wajib ditutup dulu lho...
Yang berhasil pecahin kantong air pertama kali, dialah pemenangnyaaa.
Ok, daripada bingung bayangin, liat gambarnya sajooo yooo...        

Kiri mas, kirriiii, yya udah passs, pukullllll ! !



·         Lomba Balap Karung
Ini termasuk salah satu lomba wajib yang kudu ada pas agustusan. Berasa ada yang ilang deh kalau kaga ada lomba yang satu ini. Lombanya ga butuh biaya banyak tapi tetep banyak peminatnya bikin lomba satu ini jarraaaang banget absen dari perayaan agustusan.
 lompatt teruss adhek ! !

·         Panjat Pinang
Ini lomba emang paling butuhin biaya banyak diantara lomba-lomba unik yang dipilih anak sepuluh tujuh. Bayangin, panitia wajib nyediain batang pohon pinang. Dan kalau pengen lebih seru, batang pohon pinangnya harus lebih dari sebuah. Eitt, belum lagi hadiahnya. Paling murah kudu ada radio atau alat elektronik yang rada murah meriah.
Widihh, makanya ga setiap kampung bisa ngadain lomba ini. Rata-rata tingkat kecamatan atau kabupaten gitu yang bisa nyelenggarain.
Tapii, walau dengan budget yang ‘lumayan’ gitu, emang sebanding banget sih sama keseruan yang bakal terjadi di lomba satu ini.
Gimana enggak coba ?
Setiap kelompok yang terdiri dari 7-10 peserta (tergantung tinggi pinangnya dan jumlah pesertanya juga sii) wajib naek batang pohon pinang yang udah dilumuri oli, minyak dan atau sejenisnya. Hmm, yang pasti susah banget kan kawan ??


Ayoo kang, panjatt teruss. . . .

·         Lomba Memasukan Paku Dalam Botol
Ini lomba yang paling MEMUSINGKAN diantara lomba yang laen.
Tahu kenapa ? ? ?
Secara peserta harus nungging tapi harus tetep berusaha konsentrasi buat masukin paku ke botol di belakangnya yang punya lobang cuma segedhe lubang idung .
Resiko : Sakit Kepala disertai migrain yang berkepanjangan karena kebanyakan noleh ke belakang. :)

 Konsentrasii pak, konsentrasiii . .. 



·         Lomba Sepak Bola Pake “Baju Kebesaran” or Daster
Ini lomba biasanya khusus buat para Bapak-bapak yang pengen lebih eksis di acara 17-an. Lombanya paling gokil dan paling ditungguin warga sekampung. Bisa bayangin ga, liat bapak-bapak yang biasanya gagah pake jas plus celana, eh sekarang malah suruh pake daster gitu. Ada juga sih kostum tambahan semacam wig gitu. Alternatif laen kalau para bapak kaga mau ‘dipaksa’ pakai daster, mereka pakai sarung. Walaupun sensasinya emang ga sekeren pake daster sii..
Ok, lets chek in dot their actions !

Larii pak, kejjarrr bolanyaaaaa . . . .

·         Lomba Mencari koin dalam Buah Semangka
Siap-siap satu ember aer kalau mau ikutan lomba ini. Karenaa, setelah ikutan lomba ini, tampang kalian yang abstrak akan tambah abstrak. :)
Secara, kalian harus ambil koin yang diselipin di buah semangka penuh oli.
Liad deh gambar ini


·         Lomba Merias Tanpa Kaca
Lomba favorit para ibu yang doyan dandan ini emang ga terlalu sering diadain di tingkat kampung. Lebih banyak sih di kantor instalasi gitu. Bukan, bukan karena alesan biaya kaya’ lomba panjat pinang tadi. Masalahnya, ga banyak ibu-ibu yang mau ikutin ini lomba. Jadi ceritanya minim peserta gitu..
Biasanya ada dua macem cara maininnya.
Pertama: tiap peserta yang ikut, dandan sendiri tapi wajib pake tutup mata.
Yang kedua, peserta wajib bawa ‘korban’ yang akan dirias dengan mata tertutup.
(tapi prasaan banyakan cara pertama yang dipake)
Tapi jangan disangka Lombanya bakal membosankan lho. Ibu-ibu ini bakal sibuk meraba-raba wajahnya atau wajah ‘korbannya’ dengan sepenuh hati dan segenap perasaan yang mereka miliki.
Hasilnya ? ?
Ehemb, silahkan dibayangkan sendiri..
 pelan-pelan buu, awas salah polesnya...


 okaii, itulah daftar lomba unik yang ga boleh kalian lewatin. Walauu jaman semakin modern, kita ga boleh dong nglupain budaya tradisional bangsa kita. Ga usah gengsi dah ikutan Lomba gitu, apa sih salahnya ikut memeriahkan perayaan Kemerdekaan Bangsa kita.
oh ya, setelah seru-seruan ikut Lomba, kalian ga boleh lupa blajar loh !
jadi anak pinter trus bangun deh negeri kita tercinta .
apapun yang terjadiii, belajar is numero unoooo !
Keep spirit Generasi Muda !